Waspada Saat Libido Meningkat

Jum'at, 28 Agustus 2015 - 07:53 WIB
Waspada Saat Libido...
Waspada Saat Libido Meningkat
A A A
PENINGKATAN libido yang kerap terjadi pada fase manik gangguan bipolar (GB), berdampak buruk pada penderita GB. Dengan deteksi dini, diagnosis tepat, serta terapi yang optimal, dapat membantu penderita mengatasi fase manik tersebut.

Pada banyak kasus peningkatan gairah seksual atau libido ini, mengakibatkan aktivitas seksual yang berlebihan dan dapat mendorong terjadinya prosmiskuitas. Tak ayal, gangguan tersebut acap kali berujung pada keretakan rumah tangga.

Pada fase manik, libido meningkat dan orang dengan GB menjadi terlalu bersemangat hingga perubahan penampilan yang begitu drastis pun jelas terlihat.Meski begitu, kondisi ini justru disusul dengan perasaan menyesal, malu, dan sedih berkepanjangan saat orang GB memasuki fase remisi atau fase setelah manik itu berlangsung. Penyesalan akibat aktivitas seksual yang seharusnya tidak terjadi tersebut, akan menggiring penderita GB masuk dalam fase depresi.

“Dampaknya akan sangat parah jika sudah masuk dalam fase depresi karena bisa menyebabkan orang menderita GB melakukan tindakan bunuh diri,” kata dr Natalia Widiasih SpKJ (K) MPd Ked dalam seminar media Kenali dan Pahami Peningkatan Libido Pada Gangguan Bipolar di Jakarta (19/8). Sekitar 15% dari jumlah pasien penyakit kronis ini berakhir dengan bunuh diri. Natalia melanjutkan, sekitar 57% penderita GB dapat mengalami peningkatan libido.

Ketika dorongan seksual tersebut muncul, maka hilanglah segala norma sosial dan moral yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Penderita GB bahkan bisa melakukan hubungan seksual dengan siapa pun yang dia mau, tanpa dapat dia kontrol, atau dengan kata lain mengalami hiperseksual. Termasuk kecanduan menonton video porno dan masturbasi di tempat umum.

”Kalau dorongan seksual tidak bisa dikontrol, lalu sudah melakukan hubungan seksual dengan banyak orang, tapi tidak juga puas. Meskipun memiliki banyak pasangan, melakukan hubungan tanpa perasaan,” kata psikiater dari RSCM ini. Seperti diketahui, GB terjadi karena ketidakseimbangan antara dopamin dan seratonin dalam otak. Pada tingkat pertama, penderita akan mengalami suasana perasaan atau moodyang berubah drastis.

Kemudian, pada fase mania, dia akan mengalami peningkatan energi dan peningkatan gairah serta dorongan seksual, yang bahkan tak terkontrol. Kendati begitu, sebenarnya gejala GB saat libido meningkat dapat deteksi sekaligus dicegah. “Intinya, saat kalian melihat orang tersebut menderita GB dan tiba-tiba berubah drastis dengan penampilannya atau gayanya yang begitu mencolok bahkan mungkin sudah mulai bicara melantur, segera bawa ke dokter untuk diobati, sebab itu tanda gairah dia sedang memuncak,” saran dr Ashwin Kandouw SpKJ, psikiater Sanatorium Dharmawangsa.

Secara farmakologik, pengobatan GB ditekankan untuk mencegah dan meredakan episode mania atau depresi yang efektif dalam jangka panjang agar tidak sampai pada tahap melakukan seks bebas.GB umumnya terjadi mulai usia 15 tahun hingga 24 tahun. Hal ini disebabkan pada usia tersebut tingkat stres sangat tinggi. Pada masa itu seseorang tengah mencari identitas diri, kemudian mengalami perubahan bentuk tubuh. “Selain itu, rentang usia itu biasanya memasuki masa kuliah, bahkan sudah mulai menikah,” ujar Natalia.

Penderita GB biasanya mengalami gangguan suasana hati atau moodyang tidak bisa diprediksi, di samping juga merasakan penurunan energi, mudah sedih, dan tidak ingin melakukan apaapa. Namun bila sedang mengalami semangat, semangat itu berlebihan, yang berarti memasuki fase manik. Selain dapat mengalami peningkatan libido, pada fase ini pasien biasanya memiliki banyak ide, merasa tidak perlu tidur, melakukan tindakan berisiko, hingga berperilaku seduktif yang tak jarang menimbulkan masalah pada lingkungan, sosial, dan hukum.

Sementara pada fase berikutnya, yakni depresi, penderita justru menunjukkan perasaan dan perilaku sebaliknya, seperti murung, menarik diri, merasa sedih, tidak bergairah, mudah tersinggung, dan adanya dorongan untuk bunuh diri.Peran keluarga sangat diperlukan untuk dapat mendeteksi perubahan perilaku orang dengan GB sehingga dapat mencegah hal yang tidak diinginkan.

Kabar buruknya, GB tidak bisa disembuhkan total, suatu saat akan kembali kambuh. Namun dengan pengobatan secara rutin serta pendamping orang profesional, persentase GB kambuh akan sangat kecil sekali. Ashwin juga mengingatkan agar tidak menghakimi penderita GB sebab semua yang dilakukan oleh penderita di luar kendali yang bersangkutan.

Sri noviarni
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0786 seconds (0.1#10.140)